Featured Post

Super Cleansing Tea, Teh Detox dengan Kandungan Bahan Alami

harianbekasi.com - Teh detox adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada jenis teh yang di klaim memiliki sifat detoksifikasi atau mem...

11.11.10

Baju Kebesaranku adalah Rasa Sayang

Mungkin indah jika setiap manusia memiliki Baju kebesaran seperti demikian. Tidak mudah untuk mendapatkannya. Butuh kesabaran dan keyakinan bahwa Baju itu akan kita miliki suatu hari.

Seorang Bapak berkata pada anaknya “Anaku maafkan Bapak karena tidak bisa lagi mengurusmu kondisi tubuh ini sudah menghancurkan impianku untuk membesarkanmu sampai akhir”, Ia mengalami sakit yang membuat ia tidak bisa bekerja lagi sebagai tukang parkir.

Bapak tersebut menangis dan terus melihat anaknya yang duduk dihadapan disebelah kasur tua yang tergeletak dilantai berubin retak. Anaknya berumur sekitar 16 tahun, ibunya meninggalkannya saat ia kecil.

Sang anak hanya terdiam, lalu sang Bapak berkata kembali : “ Nak, Sulit adalah bukan jalan hidup kita yang sebenarnya, mungkin ini adalah arti dari apa yang Bapak perbuat sesaat umurku sepertimu nak. Aku berusaha terus memperbaikinya sampai saat ini.

Keaadaan susah adalah apa yang sedang kita jalani sekarang tetapi kebahagiaan itulah yang harus kita dapatkan. Tapi keadaan ini tidak melihatnya sebagai beban bagiku nak. Melihat kamu berbakti, pergaulan yang benar, belajar tidak kenal lelah Bapak sudah senang. Rasa senang ini hilang lalu muncul kesedihan bukan karena keadaan kita yang seperti ini, namun keadaaan Bapak yang tidak bisa bekerja lagi. Rejeki memang harus dicari bagaimanapun susahnya bapak selama ini.

Nak, bukan keadaan hidup Bapak yang membuat sedih tetapi keadaan badan ini yang membuat saya tidak bisa lagi memberi penghidupan kepadamu seperti biasanya”.
Sang Bapak meneteskan air mata bukan karena ia mengeluh kepada yang Maha tapi karena ia memikirkan sang anak yang ia sayangi dan masih butuh dirinya.

Sang anak melihat Bapaknya sejenak lalu ia membersihkan air matanya dengan handuk didekatnya lalu ia berkata kepada Bapaknya : “Saya tidak pernah menyesal terlahir menjadi anak Bapak walau keadaan seperti ini, karena saya selalu bahagia. Bapak selalu membahagiakan aku dengan memanfaatkan segala keterbatasan yang ada menjadikanku seperti mereka (anak-anak dari orang yang berkecukupan). Pa, keadaan ini bukan harus menjadi buruk tetapi menjadi manis. Saya akan bekerja dengan tekun bersekolah dengan baik, Bapak disini saja berdoa untukku. Mungkin akan lama tetapi doa Bapak akan membuat waktu berputar lebih cepat.

Sang ayah menangis haru mendengarnya. Keadaan sepi, tak lama sang anak berkata : Pa, niatku sudah bulat untuk bekerja keras mengobati Bapak dan menciptakan keadaan baru. Niatku sudah bulat untuk membuat Bapak sembuh bukan karena Bapak harus bekerja kembali untuk menghidupi saya dan menjadikan apa yang saya inginkan tetapi membuat agar Bapak dapat melihat apa yang sudah Bapak perjuangkan untuk saya dan saya mewujudkannya.

Susah sedang kita jalani tetapi kebahagian itulah yang menghidupi kami dan tujuan selanjutnya, saya tidak akan melupakannya”. “Pa, berdoalah setiap hari untukku disini dan tersenyumlah ketika aku pulang, jangan memikirkan hidupku bagaimana karena sekarang saya yang akan menghidupi Bapak walau tak tahu caranya bagaimana. Lewat doamu aku pasti mampu jalani hal yang lebih buruk sekalipun dari ini”.

Dengan rasa yang tegar sang Bapak berkata: Aku terima niatmu dalam doa pertamaku saat ini, tidurlah nak aku takan menyerah melawan penyakit ini karena aku ingin meliat kekuatan doaku dan semangat cintamu kepadaku. Kita bahagia melebihi orang lain karena rasa sayang ini tidak akan hilang sampai ku menutup mata”.

“Saling memahami dalam kasih dan merasakan rasa sayang satu sama lain dalam keluarga, kekuatan yang besar untuk tampil anggun didepan siapapun dalam kekuatan pemikiran dan niat yang indah adanya dalam mengarungi hidup bersama”